PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERDISKUSI, MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS DAN PENDIDIKAN SASTRA INDONESIA FKIP UM SUMBAR
DOI:
https://doi.org/10.35446/diklatreview.v6i2.1084Keywords:
Model Pembelajaran, Two Stay Two Stray, DiskusiAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran diskusi dan meningkatkan keterampilan diskusi Mahasiswa FKIP UM Sumbar melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray. Model pembelajaran Two Stay Two Stray dipilih karena dapat memacu dan mendorong mahasiswa untuk aktif berbicara menyampaikan ide/gagasan dalam kegiatan berdiskusi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FKIP UM Sumbar. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan masih rendahnya keterampilan mahasiswa dalam kegiatan diskusi, mahasiswa cenderung malu dan kurang berani dan percaya diri dalam mengungkapkan gagasan, ide, pikiran, sanggahan, maupun persetujuan pada saat berdiskusi dan kurang bervariasinya penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan diskusi. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan, wawancara, tes keterampilan berdiskusi mahasiswa dan catatan lapangan. Data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui validitas (demokratik, proses, dialogik, hasil dan reliabilitas) dengan menyajikan data asli berupa catatan lapangan, transkrip wawancara, lembar observasi dan lembar penilaian diskusi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu persentase ketercapaian indikator keterampilan diskusi mengalami peningkatan pada setiap siklus. Kemampuan rata-rata mahasiswa dalam berdiskusi sebelum adanya implementasi tindakan berkategori kurang. Namun, setelah implementasi tindakan selama tiga siklus, kemampuan rata-rata mahasiswa dalam berdiskusi menjadi berkategori baik sekali. Hasil penelitian menunjukkan: (1) secara proses, pembelajaran diskusi mengalami peningkatan yang signifikan. Sebelum implementasi tindakan, mahasiswa masih belum aktif melakukan diskusi dan belum mampu bekerjasama dengan baik pada saat berdiskusi. Setelah implementasi tindakan, mahasiswa menjadi aktif dan mampu bekerjasama dengan baik pada saat berdiskusi; (2) secara produk, mahasiswa dalam berdiskusi pada saat pratindakan dengan skor rata-rata 7,31 dan pada akhir pelaksanaan tindakan yakni siklus III menjadi 20,90. Kemampuan mahasiswa dalam berdiskusi mengalami peningkatan sebesar 13,59.
References
Goldberg, Alvin A dan Carl E. Larson. 1985. Komunikasi Kelompok Proses- proses Diskusi
, Berdiskusi, dan Penerapannya. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.
Noviantoro, Arista. 2010. Peningkatan Keterampilan Diskusi dengan Teknik Trial by Jury pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Turi. Skripsi S1. Jurusan Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY.
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Widyaningsih, Novi. 2008. Peningkatan Kemampuan Berdiskusi dengan Teknik Brainstorming Siswa Kelas X SMA N 1 Pundong, Bantul. Skripsi S1. Jurusan Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY.
Murni Astuti dkk 2017. Penggunaan Media Pembelajaran Vidio Mata Kuliah Grooming Untuk Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Tata Rias dan Kecantikan FPP UNP. Jurnal of Education. UNES. Volume 1 ISSUE 3 (282-296).